Tuesday, July 04, 2006

Hari ini, bos nya bunda nggak masuk kerja.... asyiek bisa santai neh. Katanya sih istrinya akan melahirkan... hmmm jadi inget waktu nglahirin kiky... begini nih proses nya...

Bandung, 23 Februari 2005
Entah apalagi yang bisa menggambarkan rasa bahagia hati ini, saat dokter memfonisku nggak bisa hamil, tapi hari ini dokter mengatakan aku hamil 1 bulan 3 minggu, waduh bahagia sekali, puji dan syukur setiap saat aku panjatkan pada Illahi…
“ Ya Allah terimakasih, karena hari ini Kau telah menitipkan satu nyawa lain ditubuhku, terima kasih…”

Bandung, Maret 2005
Miom..? apasih itu..? rasanya aku pernah dengar, tapi aku nggak tahu apa sih miom itu? Satu bulan aku was-was, aku takut akan mengganggu perkembangan bayiku. Hingga hari ini aku merasa sedikit tenang setelah dokter menyatakan sejauh ini cukup aman bagi perkembangan my baby.

Bandung, April 2005...
Bandung, Mei 2005…
Bandung, Juni 2005…
Bandung, Juli 2005…
Bandung, Agustus 2005…
Bandung, September 2005…
Bulan depan tgl 16 oktober dokter mengatakan perkiraan kelahiranku. Dan miom itu ikut membesar. Smakin was-was lah aku. Aku berharap bisa melahirkan normal seperti wanita-wanita lain. Tapi jika miom membuatku harus terlentang dimeja operasi aku telah pasrah… aku serahkan semua pada Allah.

Bandung, 16 Oktober 2005
Pagi ini adalah hari yang ditentukan oleh dokter tentang kelahiran bayiku, tapi aku masih tidak merasakan apa-apa. Walau aku sudah wanti-wanti sama calon ayah agar tidak jauh-jauh dari ku. Hingga sore aku tidak merasakan apa-apa. Beristirahatlah aku karena jam sudah menunjukan jam 8 malam. Tiba-tiba aku merasakan perutku mulas ingin bab, aku segera ke toilet, tapi nggak juga. Aku coba untuk tidur, tapi perutku tak bisa kompromi, kok mules lagi. Hampir 10 menit sekali aku merasakan mules, aku coba tidur tapi tetap tidak bisa.

Bandung, 17 Oktober 2005
Pukul 1 pagi aku bangunkan suamiku, aku bilang nampaknya sang baby sudah ingin keluar. Suamiku langsung panic karena saat itu juga dia belum sahur, tapi nampaknya dia juga sindrom sehingga tidak ingin makan sahur. Pukul 2 pagi kami pergi kerumah sakit sariningsih. Suasana rumah sakit sepi, tak kulihat suster jaga, kami bingung harus bertanya pada siapa. Hingga aku lihat seorang suster melintas, aku tanyakan ruang bersalin sebelah mana? Tau jawabannya apa.? “Ruangan disudut sana, tapi gak ada dokternya, jadi tunggu aja…” hah?? Tunggu ?? mules begini nunggu. Atas inisiatif suamiku kami pergi ke rumas sakit boromeus. Kami bertanya pada satpam yang bertugas dan oleh satpam langsung diantar ke tempat bersalin. Aku langsung diperiksa. Dan ternyata aku sudah pembukaan 3 katanya. Aku nggak tahu apa bedanya angka 3 itu dengan angka 4, 5, 1 atau 9. Aku dipersilahkan istirahat atau jalan2 sekitar rumah sakit. Samar-samar aku mendengar erangan ibu-ibu yang sedang meregang nyawa. Entah kenapa saat itu aku nggak punya rasa takut atau khawatir seperti saat awal kehamilan. Aku cenderung ingin cepet-cepet bertemu dengan my baby.
Jam sudah menunjukan pukul 8 pagi aku masih bolak-balik ditemani suami, rasa mulasku masih seperti smalam. Setiap dua jam aku diperiksa dan pagi ini aku masih pembukaan 3 juga.
Pukul 1 siang, ibu-ibu yang disebelahku sudah berganti lain-lain hanya aku yang masih disini dan belum masuk menuju ruang bersalin, aku masih saja pembukaan 3 juga, oh My God, kenapa nggak bertambah yah..
Pukul 3 sore, aku diperiksa kembali, pembukaanku hanya meningkat satu angka, yaitu pembukaan 4…wah lumayan maju juga angkanya, aku sempet bingung kenapa ibu-ibu lain ada pengurasan perut kok aku nggak, padahal udah 3 hari aku nggak bab, wah khawatir juga.. tapi suster bilang nggak usah khawatir smua sudah diantisipasi.
Pukul 7 malam, aku sudah mencapai fase pembukaan 5, suster nampaknya sudah melihat gejala lelah pada wajahku, akhirnya aku dipersilahkan masuk ke ruang bersalin. Hmm ruangan yang asing, banyak sekali peralatan yang sebenernya membuat aku seram, aku melihat gunting, kapas, tabung gas, pisau dan bla-bla-bla lainnya.. hmmm serem deh.
Didalam aku diperiksa lagi, katanya pembukaan 6, suster menyarankan aku untuk di induksi bila pembukaan tidak berjalan lagi, aku pasrah saja, karena aku tahu suster akan membantu aku semaksimal mungkin. Aku nggak bisa mengatakan bagaimana rasa panas dibokongku dan entah berapa kali suamiku menemaniku bolak balik ke toilet dengan jalan tertatih-tatih.
Pukul 10 malam, sebelum diinduksi, ternyata pembukaanku naik kembali 1 tingkat, suster segera memasangkan alat infuse ditanganku. Dalam hitungan detik perutku smakin mulas dan panggul berasa panas sekali. Aku sudah nggak tahan lagi berjalan hingga aku nggak mampu jalan ke toilet, suamiku menyiapkan semuanya untukku.
Aku merasakan waktu berjalan sangat lama.. Ya Allah aku pasrah padaMu, selamatkan Bayiku dan nyawaku, ijinkan aku membahagiakan orang-orang yang mencintaiku dengan buah hatiku ini.
Pukul 11, aku hanya mengalami pembukaan 8, aku lihat suster sudah mulai siap-siap semua peralatan melahirkan, aku sudah tidak bisa memperhatikan apa saja yang disiapkan, aku masih saja menjerit lirih memegang kencang tangan suamiku menahan sakit yang tak terkira. Suamiku berusaha membuatku lebih sabar dan tidak emosi. Bagaimana nggak, aku diminta tidak boleh mengejan, sedangkan rasa mulas sudah nggak tertahan, wah.. diujung tanduk rasanya… kebayang kan kalo kita pengen bab.. trus ditahan nggak boleh dikeluarin… wah.. pengen marah deh…

Bandung, 18 Oktober 2005
Pukul 00.35 pembukaan 9, sekarang aku diperbolehkan mengejan, arrrghhh…. Tapi kok aku dan suami ditinggalkan oleh suster dan bidan… Ya Allah koq ditinggal… kenapa aku yang sedang bertarung nyawa kok ditinggal… tapi suamiku dengan sabar, mencoba menenangkan aku, setengah jam kemudian bidan dan suster pembantu sudah datang lagi.. mereka mulai memberikan aba-aba aku untuk mengejan… capek sekali rasanya, karena aku harus mengerahkan seluruh tenagaku. Akhirnya datang lagi satu orang suster membantu. Dia naik ketempat tidur membantu mendorong perutku agar baby nya terdorong keluar, dia mendorong perutku ke arah jalan lahir… dan akhirnya tepat pukul 02.07 keluarlah baby yang dinanti-nanti.. dia ksatria kecilku RAIHAN RIFQI NUR IKHSAN IBNU FAHRUDIN, Terima kasih ya Allah. Terima kasih. Sekarang aku lelah, aku mau istirahat agar nanti pagi bisa memberikan asi-ku buat sang ksatria.



ini kiky lagi bobo.. digendong ama nenek


.... ayo papung ayo... nggak boleh nangis.. kan biar cakep...


2 comments:

chia said...

melahirkan??
takuuuuuuut..

tapi penasaran..

BundaZidan&Syifa said...

cerita melahirkan emang gak ada habisnya.. 1-2-3 tahun kemudian diceritakan pun tetep seru...